Manusia tidak akan pernah lepas dari problem yakni keadaan dimana terjadi perbedaan antara apa yang diinginan dan apa yang nyata. Hal ini merupakan suatu kelumrahan namun alangkah baiknya untuk dihadapi atau dicari solusinya. Demikian ada juga yang dinamakan problem sosial, yakni kondisi tertentu dalam masyarakat yang dianggap tidak enak atau mengganggu oleh sebagian anggota masyarakat dan dapat dikurangi atau dihilangkan melalui upaya bersama (kolektif).
Sekarang kita berbicara mengenai gerakan mahasiswa yang sedang dilanda bencana yang termasuk problem sosial. Fenomena melempemnya pergerakan mahasiswa pasca reformasi seperti kehilangan ruh sehingga tantangan ini mesti segara dijawab. Menurut Andriadi2, fenomena ini terjadi disebabkan oleh beberapa permasalahan.
Pertama, fragmentasi yang disebabkan karena prinsip ideologi menancap pada sekelompok mahasiswa yang mengarah perbedaan idealisme, lalu mengerucut menjadi perpecahan dalam pergerakan. Saya ambil contoh di kampus UPI sampai beberapa kali adanya aksi demonstrasi mahasiswa yang terbagi menjadi dua padahal mereka menyampaikan aspirasi yang sama.
Kedua, munculnya kelompok mahasiswa oportunis. Biasanya posisi mahasiswa seperti ini dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok atau individu tertentu. Dikampus UPI sekarang, beberapa aktivis merasakan gejala seperti ini pada beberapa mahasiswa. Dimana wacana kental bahkan pernah terlontar perkataan dari seorang mahasiswa dalam suatu rapat konsolidasi, jangan sampai kita mengikuti perkataan yang wujudnya mahasiswa namun pikirannya birokrat. Ketika itu menjadi ekspresi kekesalan mahasiswa yang sedang bersebrangan dengan keinginan birokrat kampus yang mana mereka menganggap setiap informasi sehabis rapat konsolidasi cepat sekali diketahui birokrasi kampus.
Ketiga, kebanyakan mahasiswa apatis terhadap posisi dan peran sebagai agent of change. Dikampus UPI, kelompok mahasiswa ini biasanya disebut mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang, kuliah-pulang) atau kalau tidak demikian mereka hanya menghabiskan waktunya dengan nongkrong-nongkrong atau kegiatan lain yang dianggap oleh para aktivis mahasiswa kurang bermanfaat.
Andriadi juga memberi tawaran yang bisa dilakukan untuk menjawab permasalahan diatas dalam rangka upaya merekonstruksi soliditas gerakan mahasiswa, yakni : pertama, membudayakan pemahaman sisi persamaan perjuangan dengan menerapkan sikap toleransi dalam perbedaan. Kedua, menjalin komunikasi antar kelompok mahasiswa. Ketiga, meruntuhkan sikap saling curiga, dengki serta menepis jauh-jauh sikap high egoisme. Keempat, mengikis infantilisme (kekanak-kanakan) mahasiswa. Kelima, membangun independensi pergerakan mahasiswa. Keenam, membangun sikap kritis dan arif dalam memandang suatu permasalahan.
Selain itu menurut Hafiz3 sebagaimana dikutip dalam bukunya Jalaludin Rahmat yakni Rekayasa Sosial : Reformasi, Revolusi atau Manusia Besar sebelum kita mengatasi problem sosial dalam rangka rekayasa sosial kita memerlukan planned social changed (perubahan sosial yang terencana). Seperti halnya beberapa tawaran solusi yakni : pertama, merubah pola pikir mahasiswa dengan menghadirkan kondisi-kondisi riil bangsa serta merekayasa lingkungan yang mendukung terciptanya perubahan pemikiran, tindakan serta pergerakan. Kedua, dalam sel-sel kecil, setiap mahasiswa diberikan wadah pertemuan rutin, guna membahas serta mengaktualisasikan apa yang yang telah menjadi bahasan dalam wujud kerja nyata untuk menjawab permasalahan bangsa dan negara. Ketiga, mendorong setiap kebijakan publik yang dihasilkan tidak memberikan celah masuknya paham yang dapat merusak karakter mahasiswa seperti setting-an acara yang membuat mahasiswa menjadi hedonisme (selalu ingin bersenang-senang). Keempat, meningkatkan kompetisi pribadi dan kelompok dalam usaha memenangkan persaingan soft power dengan dilandasi dengan pengorbanan dan persatuan. Jangan sampai soft power tergantikan dengan pengaruh bangsa lain karena merebaknya pemikiran-pemikiran, ideologi dan isme-isme yang mengikis karakter mahasiswa sebagai pemuda Indonesia. Keempat hal demikian bisa dibangun atas trias tradition mahasiswa yang menjadi keharusan yakni membaca, menulis dan diskusi sebagai gerakan intelektual mahasiswa. Wallahua’lam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

tingkatkan potensi kita sebagai mahasiswa seperti berpikir kritis, bertindak dengan cepat dan tepat serta biasakan kegiatan menulis, khususnya mahasiswa.
BalasHapus